Selasa, 28 Februari 2012

Sistem Koloid Untuk Kelas XI IPA


I. Pengertian Sistem Koloid
  Sistem koloid adalah campuran antara campuran homogen dan campuran  
  heterogen. Diameter partikel koloid lebih besar daripada partikel larutan   
     sejati, tetapi lebih kecil daripada partikel suspensi kasar. Partikel koloid mempunyai diameter lebih besar daripada 10–7 cm(100nm) dan lebih kecil daripada 10–5(1 nm) cm atau antara 1–100 nm (1 nm = 10–9 m = 10–7 cm). Partikel koloid dapat menembus pori-pori kertas saring tetapi tidak dapat menembus selaput semipermeabel.
Pembuatan Sistem Koloid
A. Cara Kondensasi
     Dengan cara kondensasi, partikel larutan sejati (molekul atau ion)   
     bergabung menjadi partikel koloid. Cara ini dapat dilakukan dengan   
     reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dan dekomposisi   
     rangkap, atau dengan pergantian pelarut.
               1. Reaksi Redoks
                  Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
     2. Hidrolisis
                   Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
               3. Dekomposisi Rangkap
               4. Penggantian Pelarut
              Selain dengan cara-cara kimia seperti di atas, koloid juga dapat terjadi        
              dengan penggantian pelarut.
         B. Cara Dispersi
              Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.   
              Cara   dispersi dapat dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan  
              loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).
             1. Cara Mekanik
                Menurut cara ini, butir-butir kasar digerus dengan lumping atau   
                 penggiling koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu,   
                 kemudian diaduk   dengan medium dispersi.
             2. Cara Peptisasi
                 Peptisasi adalah cara pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari    
                 suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat       
                 pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-butir koloid.      
                 Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan    
                  protein (polipeptida) yang dikatalisis oleh enzim pepsin.
             3. Cara Busur Bredig
                  Cara busur Bredig digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dijadikan koloid digunakan sebagai elektrode yang dicelupkan dalam        medium dispersi, kemudian diberi loncatan listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, lalu atom-atom tersebut mengalami kondensasi, sehingga membentuk partikel koloid. Jadi, cara busur ini merupakan gabungan cara dispersi dan cara kondensasi.

a. Komponen Penyusun Koloid
            Sistem koloid tersusun atas dua komponen, yaitu fasa terdispersi dan          medium dispersi atau fasa pendispersi. Fasa terdispersi bersifat diskontinu        (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu. Pada    campuran susu dengan air yang disebut di atas, fasa terdispersi adalah        susu, sedangkan medium dispersi adalah air. Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi disimpulkan dalam
            tabel berikut ini.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop ultra
Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
Heterogen



Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm
Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm
Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100nm

Satu fasa

Dua fasa

Dua fasa

Stabil

Pada umumnya stabil

Tidak stabil

Tidak dapat disaring
Contoh: larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut,
udara yang bersih, dan bensin
Tidak dapat disaring, kecuali dengan penyaringan ultra
Contoh:
sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones
Dapat disaring
Contoh:
air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air
             

b.Penggolongan Koloid
               Ada 8 jenis koloid seperti yang terdapat pada table berikut :
No
Fasa Terdispersi
Fasa Pendispersi
Nama
Contoh
1
Padat
gas
aerosol
asap (smoke), debu di udara
2
Padat
cair
sol
sol emas, sol belerang, tinta, cat
3
Padat
padat
sol padat
gelas berwarna, intan hitam
4
Cair
gas
aerosol
kabut (fog)
5
Cair
cair
emulsi
susu, santan, minyak ikan
6
Cair
padat
emulsi padat
jeli, mutiara,
7
Gas
Cair
buih
 buih sabun, krim kocok
8
Gas
padat
buih padat
karet busa, batu apung
            Aerosol
            Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas          disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
            Sol
            Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut      sol. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari            maupun dalam industri.
            Emulsi
            Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut  emulsi.
            Buih
            Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih.
            Gel
            Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel.
            

c.  Sifat-sifat Sistem Koloid
                     1. Efek Tyndall
 Efek TyndalI merupakan gejala penghamburan cahaya yang dijatuhkan oleh seberkas cahaya yang dijatuhkan pada sistem koloid. Sifat koloid ini dapat digunakan untuk membedakan larutan sejati dan sistem koloid. Hal ini disebabkan oleh partikel koloid di udara yang menghamburkan cahaya matahari.
            2. Gerak Brown
ika diamati dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak  terus menerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, seorang ahli biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris.
                    4. Elektroforesis 
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik.
                   5. Adsorpsi
Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke bawah permukaan disebut absorpsi).
                   6. Koagulasi
Apabila muatan suatu koloid dilucuti, maka kestabilan koloid tersebut akan berkurang dan dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan(koagulasi).
                   7. Koloid pelindung
Ada koloid yang bersifat melindungi koloid lain supaya tidak mengalami    koagulasi. Koloid semacam ini disebut koloid pelindung. Koloid pelindung      ini membentuk lapisan di sekeliling partikel koloid yang lain sehingga       melindungi muatan koloid tersebut. Tinta dan cat perlu diberi koloid pelindung.
8.  Dialisis
Untuk menghilangkan ion-ion pengganggu kestabilan koloid dilakukan       dengan cara dialisis..
            

d. Koloid Liofil dan Koloid Liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka). Sebaliknya, suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau benci). Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
       

e. Koloid Dalam Kehidupan Sehari-Hari
Sistem koloid sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Koloid banyak kita jumpai pada makanan, kosmetik, dan obat-obatan. Koloid pada makanan misalnya minyak ikan, jelly, susu, santan, mayones, dan lain-lain. Sedangkan koloid pada kosmetik adalah dapat berupa lotion atau krem. Koloid pada obat-obatan biasanya dalam bentuk sirup.